DRAMA
-RANDAI-
SINOPSIS SURANG ILIE SURANG MUDIEK versi
K4
Randai Surang Ilie
Surang Mudiek ini bercerita tentang perseteruan antara mamak dan kemenakan
tentang harta pusaka. Adalah Mamak Rajo Kaciak yang memiliki harta pusaka yang
melimpah namun hidup dalam kesederhanaan, dan tidak menggunakan harta pusaka
itu selain yang diperlukannya. Tanah, sawah dan ladang di kampuung itu hampir
semuanya milik Rajo Kaciak. Namun hal ini berbeda dengan istrinya Mak si Romi.
Mak si Romi menginginkan hidup yang penuh dengan kemewahan. Ia mengadu kepada
Rajo Kaciak tentang kehidupan yang dijalaninya sekarang. Adalah Mudo Sukadi
kemenakan Mamak Rajo Kaciak, yang sependapat dengan Mak si Romi tentang harta
pusaka itu. Mudo Sukadi yang menghabiskan masa mudanya bermain judi menentang
Mamaknya yang menyuruhnya belajar Al-quran. Mudo Sukadi meminta Rajo Kaciak
membagi harta pusaka yang melimpah itu. Hal itu tentu di tentang oleh Rajo
Kaciak sehingga menimbulkan konflik diantara mereka. Mereka berkelahi dengan
sengit yang kemudian perkelahian itu dilerai oleh Tan Bandaro. Tan Bandaro
adalah mamak dari Mudo Sukadi dari pihak ayahnya.
Keesokan harinya, Tan
Bandaro dan Mudo Sukadi pergi menemui Jando Jo Labiah untuk meminta pinjaman
uang. Jando Jo Labiah atau Upiak Jalini adalah seorang janda kaya dari mendiang
Sutan Takadiah yang kaya raya. Mudo Sukadi mengutarakan perihal maksud dan
kedatangannya bahwasanya ia ingin meminjam 2 kg emas untuk modal penikahannya
dengan kekasih hatinya, si Romi yang tak lain adalah putri dari mamaknya
sendiri yaitu Mamak Rajo Kaciak. Mudo Sukadi dengan mudah mendapat pinjaman
dari Jando Jo Labiah. Namun demikian, hutang itu beserta bunganya harus dibayar
tepat waktu.
Setelah mendapat
pinjaman dari Jando Jo Labiah, Mudo Sukadi langsung menemui Aciak Mak si Romi
yang sejak dulu telah sepakat mengenai pernikahan Mudo Sukadi dan si Romi. Mudo
Sukadi menyerahkan uang pinjamannya itu kepada Mak si Romi untuk modal
pernikahan. Disana Mudo Sukadi juga bertemu dengan si Romi. Si Romi
mengutarakan isi hatinya bahwa ia sangat mencintai Mudo Sukadi. Begitu juga
dengan Mudo Sukadi, ia meminta si Romi untuk bersabar karena sebentar lagi
mereka akan mewujudkan cinta mereka melalui pernikahan.
Sebelum alek gadang itu dilaksanakan, para tetua
dikampung berunding di rumah Angku Kapalo perihal hutang Mudo Sukadi kepada
Jando Jo Labiah. Mereka diantaranya adalah Angku Kapalo, Rajo Kaciak, Mudo
Sukadi, dan Jando Jo Labiah atau Upiak Jalini. Jando Jo Labiah datang menagih
hutang kepada Mudo Sukadi, namun Mudo Sukadi belum bisa membayarnya. Kemudian,
datanglah Upiak Saidah, kerabat dari Mudo Sukadi. Upiak Saidah marah karena
mereka tidak mengajaknya untuk berdiskusi perihal hutang Mudo Sukadi tersebut.
Tak pelak adu mulut antara Mudo Sukadi dan Upiak Saidah pun tak dapat dielakkan.
Angku Kapalo mencoba menenangkan mereka, dan mencoba mencari jalan keluar
terhadap masalah hutang Mudo Sukadi. Akhirnya, setelah berunding dicapailah
kata mufakat bahwa Mudo Sukadi harus membayar hutang tersebut setelah acara
pernikahannya selesai.
Tak lama waktu
berselang, akhirnya dua sejoli itu bersanding di pelaminan. Namun, kebahagiaan
itu tak berselang lama, Upiak Jalini kembali datang menagih hutang. Ia bertemu
dengan Mak si Romi yang kebetulan sedang ada dirumah. Karena Mudo Sukadi
tampaknya tidak akan membayar hutang, Upiak Jalini akhirnya mengambil semua
harta kekayaan dari Rajo. Tanah, sawah, dan ladang di seberang yang pernah
dijanjikan oleh Mudo Sukadi sebagai jaminan tampaknya tak cukup untuk membayar
hutang tersebut, akhirnya perhiasan Mak si Romi pun diambil paksa oleh Upiak
Jalini.
Mak si Romi mengadu
kepada suaminya Rajo Kaciak. Rajo Kaciak sudah tahu hal itu pasti akan terjadi.
Ia tak bisa berbuat apa- apa. Begitupun Mak si Romi, ia menyesal karena selama
ini ia telah dibutakan oleh harta. Kini mereka tidak punya apa- apa lagi. Dan
begitulah kisah ini berakhir.
The end
No comments:
Post a Comment